JAKARTA – Harga batu bara diprediksi melanjutkan tren bullish pada pekan ini. Hal itu karena banjir sentimen positif, mulai dari permintaan di negara China dan India, pasar gas alam yang menguat, hingga konflik di Timur Tengah.
Research and Development ICDX Girta Yoga menjelaskan, permintaan batu bara dari China dan India diperkirakan masih akan besar. Bahkan, data menyebutkan, impor batu bara China sepanjang paruh pertama 2024 meningkat sebesar 11% secara tahunan. Sementara di India terjadi peningkatan konsumsi batu bara yang digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik.
“Hal itu dipicu oleh melonjaknya konsumsi listrik untuk pendingin ruangan akibat terjadinya gelombang panas di India,” ungkap Yoga kepada Investor Daily, baru-baru ini.
Tidak hanya itu, lanjut Yoga, harga batu bara juga akan dipengaruhi oleh sentimen pasar gas alam yang juga diprediksi menguat pada pekan ini. Hal ini mengingat stok gas alam di AS, kondisi cuaca di negara konsumen utama seperti AS dan Eropa. Terakhir, terkait situasi geopolitik di Timur Tengah.
“Harga batu bara diperkirakan bergerak pada resistance di kisaran harga US$ 145 – 148 per ton. Apabila mendapat katalis negatif, harga berpotensi turun menemui support di kisaran harga US$ 140 – 137 per ton,” ucap Yoga.
Yoga mengatakan, pada pekan lalu, harga batu bara bergerak menguat sebesar 1,12% untuk pekan yang berakhir 2 Agustus. Sepanjang Juli, harga batu bara bergerak bullish dengan penguatan sebesar 6,06%. “Jika dilihat secara year to date (ytd), harga batu bara mencatatkan penguatan sebesar 7,41%,” tutup Yoga.