Setelah Merana 11 Pekan Beruntun, Harga Batu Bara Mulai Bangkit

Jakarta – Harga batu bara acuan dunia terpantau mulai bangkit pada pekan ini, setelah selama 11 pekan beruntun merana karena lemahnya permintaan di akhir 2024 dan proyeksi permintaan di 2025 yang cenderung stagnan.


Berdasarkan data dari Refinitiv pada pekan ini, harga batu bara Newcastle untuk kontrak Februari 2025 melonjak 4,13% secara point-to-point (ptp). Pada perdagangan Jumat (17/1/2025) akhir pekan ini, harga batu bara melesat 3,14% ke US$ 119,75 per ton.

Badan Energi Internasional (IEA) memprediksi pada 2025, pertumbuhan konsumsi batu bara dunia diperkirakan akan melandai bahkan hanya mencapai 0,34% yoy menjadi 8.801 juta ton.


Harga batu bara dunia mulai bangkit setelah dirilisnya data inflasi terbaru Amerika Serikat (AS) periode Desember 2024.

Laporan akhir Indeks Harga Konsumen (consumer price index/CPI) untuk 2024, yang sekaligus menutup pemerintahan Biden dan perjuangannya melawan lonjakan harga akibat pandemi, menunjukkan bahwa kenaikan harga, kecuali untuk makanan dan energi, mereda menjadi 3,2% pada bulan Desember dari 3,3% pada bulan sebelumnya.


Meskipun inflasi utama sedikit meningkat, ukuran inti yang disebut “core CPI” dianggap sebagai indikator yang lebih baik dari tekanan harga yang mendasari.


Dengan laju inflasi di sektor perumahan yang menurun secara signifikan, para ekonom memperkirakan laporan mendatang tentang Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) untuk Desember 2024 akan melemah, bahkan mungkin turun di bawah target 2% yang ditetapkan oleh Fed.


PCE digunakan sebagai acuan target inflasi oleh bank sentral, dan pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memperkirakan pelambatan yang signifikan dalam beberapa bulan pertama tahun ini.


Pejabat The Fed menyatakan bahwa data yang dirilis pada Rabu lalu menunjukkan inflasi di AS terus mereda, meskipun mereka mencatat adanya ketidakpastian yang meningkat dalam beberapa bulan mendatang karena mereka menunggu kebijakan awal dari pemerintahan baru Presiden Trump.


Saat inflasi mereda harapan suku bunga akan bisa kembali turun sehingga menggairahkan ekonomi. Sehingga kebutuhan batu bara untuk kebutuhan listrik berpeluang meningkat.Saat permintaan naik, harga batu bara akan ikut terungkit.


Di lain sisi, bangkitnya batu bara terjadi meski proyeksi permintaan di 2025 cenderung stagnan. Badan Energi Internasional (IEA) memprediksi pada 2025, pertumbuhan konsumsi batu bara dunia diperkirakan akan melandai bahkan hanya mencapai 0,34% yoy menjadi 8.801 juta ton.


Permintaan batu bara dari China diperkirakan akan cenderung stagnan pada 2025 dengan konsumsi 4.940 juta ton. Jumlah tersebut hanya tumbuh 1 juta ton atau hanya 0,02% dari konsumsi 2024 sebesar 4.939 juta ton.


Sementara India, konsumen batu bara terbesar kedua dunia, diperkirakan akan memiliki konsumsi sebesar 1.363 juta ton pada 2025. Jumlah tersebut pun hanya tumbuh 48 juta ton atau 3,65% dari 2024 sebesar 1.315 juta ton.


Konsumsi batu bara China dan India yang cenderung melandai karena adanya pengembangan energi hijau yang mulai mengambil pasar batu bara sebagai sumber energi.


Pada Agustus 2024, sumber listrik tenaga air di China meningkat 10,7% pada Agustus dibandingkan bulan yang sama tahun 2023, mencapai 163,5 miliar kWh, meskipun laju pertumbuhan melambat dari lonjakan 36,2% pada bulan Juli.


Kontribusi energi terbarukan juga terus meningkat, dengan produksi tenaga surya melonjak 21,7% dibandingkan tahun sebelumnya, sementara tenaga angin naik 6,6%. Pembangkit listrik tenaga nuklir naik 4,9% pada Agustus.


Prospek batu bara dunia pada 2025 diperkirakan akan lebih lesu dari tahun lalu di tengah permintaan yang terus melaju. Bahkan pada 2023 dan 2024 permintaan atau konsumsi batu bara dunia mencapai titik tertinggi sepanjang masa.


Bank dunia memperkirakan harga batu bara global akan melandai pada 2025 karena permintaan dari China yang diperkirakan akan moderat.


“Harga diproyeksikan turun sekitar 12 persen pada tahun 2025 dan 2026, setelah penurunan yang diperkirakan lebih dari 20 persen pada tahun 2024,” menurut Bank Dunia (3/12/2024).


Rata-rata harga batu bara dunia perkiraan Bank Dunia adalah US$ 120 per ton pada 2025.